Selasa, 29 Desember 2015

Abstrak

1.       Pengertian Abstrak

Pengertian umum abstrak merupakan penyajian singkat mengenai isi tulisan sehingga pada tulisan, ia menjadi bagian tersendiri. Abstrak berfungsi untuk menjelaskan secara singkat kepada pembaca. Sebuah abstrak yang baik memiliki komponen tertentu yang harus dicantumkan di dalamnya. Komponen-komponen tersebut pun harus ditempatkan dengan urutan tertentu.

Abstrak digunakan untuk :
1.       Mengehemat waktu pembacaan dokumen aslinya
2.       Membantu pembuatan peninjauan pustaka
3.       Meningkatkan efisiensi pembuatan indeks
4.       Membantu mencari literature karna banyak karangan yang tidak di publikasikan
5.       Membantu menghilangkan kesulitan bahasa dalam membaca karangan aslinya

2.       Contoh Abstrak

3.       Isi Abstrak
·         Pembukaan 
Bagian ini mengawali sebuah abstrak dan biasanya terdiri dari satu atau paling banyakri  dua kalimat. Bagian pembukaan ini menjawab pertanyaan:  mengapa itu penting? Bisa juga bagian ini tidak ada, dan abstrak langsung dimulai dengan tujuan penelitian.
·         Masalah dan tujuan
Bagian ini selalu ada dalam sebuah abstrak, dan biasanya merupakan kalimat pertama atau kedua dari abstrak.
·         Materi dan Metode 
Bagian menyusul bagian masalah, tujuan, dan hipotesis penelitian
·         Hasil
Bagian ini mencantumkan hasil penelitian, termasuk signifikansi secara statistik dari hasil penelitian tersebut.
·         Kesimpulan
Ini adalah bagian terakhir dari sebuah abstrak. Di sini penulis menyampaikan kesimpulan dalam kaitan dengan jawaban pertanyaan penelitian.

4.       Cara Membuat Abstrak
Abstrak harus dibuat sesuai dengan sifat-sifat abstrak yaitu :
·         Ringkas
·         Jelas
·         Tepat
·         Berdiri sendiri
·         Objektif
Terdapat format untuk penulisannya juga, formatnya yaitu :
·         Awal kalimat merupakan kata benda.
·         Terdiri dari maksimal 250 kata, diluar kata depan dan kata sambung.
·         Dalam bentuk satu paragraf.
·          Menggunakan spasi 1.
·          Menggunakan huruf Times New Roman.
·          Terdapat kata kunci yang terdiri dari maksimal 5 kata dan disusun secara alfabet.
·          Ditulis sebelum bab pendahuluan.
·          Rata kiri-kanan.
·          Ditulis dengan huruf Times New Roman ukuran 12 pt


5.       Daftar Pustaka
Daftar Pustaka yaitu suatu daftar yang berisi semua sumber bacaan yang digunakan sebagai bahan acuan dalam penulisan karya ilmiah seperti Makalah, Skripsi, Tugas Akhir, Laporan, Thesis,dan penelitian. Pemilihan daftar pustaka ini harus benar-benar sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam makalah. 

6.       Contoh Daftar Pustaka


7.       Penulisan Daftar Pustaka Yang Baik dan Benar
beberapa ketentuan serta aturan cara Penulisan Daftar Pustaka yang baik dan benar yaitu :
·         Bagi penulis yang menggunakan marga/keluarga , nama marga/keluarganya ditulis terlebih dahulu, sedangkan untuk penulis yang tidak menggunakan nama marga / keluarga , diawali dengan penulisan nama akhir / belakang kecuali nama Cina.
·         Gelar kesarjanaan penulis tidak perlu dicantumkan dalam daftar pustaka.
·         Judul buku dicetak miring atau digarisbawahi pada setiap kata, jadi tidak dibuat garis bawah yang bersambung sepanjang judul.
·         Baris pertama diketik mulai ketukan pertama sedangkan baris kedua dan seterusnya diketik mulai ketukan ke-7.
·         Jarak antara baris satu dengan baris berikutnya satu spasi.
·         Jarak antara sumber satu dengan sumber berikutnya dua spasi

Sumber :



Karangan Ilmiah adalah karangan yang dibuat berdasarkan cara yang sistematis dan memiliki ciri-ciri tertentu.
Dalam penulisan ilmiah terdapat bagian-bagian yang ada di dalam nya. Bagian tersebut diantara lain :
1.       Cover
Cover adalah halaman depan untuk penulisan ilmiah biasnya di dalamnya berisikan biodata dari penulis yag meliputi
a.       Judul dari penulisan ilmiahnya
b.      Nama penulis
c.       NPM penulis
d.      Jurusan
e.      Nama Dosen Pembimbing
f.        Tahun Penulisannya

2.       Lembar Pernyataan
Lembar pernyataan ini berisikan pernyataan bahwa tulisan ini tidak mencotek, atau mengikuti tulisan orang lain

3.        Lembar pengesahan
Lembar Pengesahan ini berisikan daftar komisi pembimbing, nama panitia ujian yang terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota. Pada bagian bawah sendiri juga disertai tanda tangan Pembimbing dan Kepala Bagian Sidang Sarjana.

4.        Abstrak
Berisi ringkasan dari tulisan, maksimal 1 halaman saja, dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris
5.       Kata Pengantar
Kata pengantar dibuat oleh penulis biasanya untuk berterimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan ilmiah tersebut

6.       Daftar Isi
Daftar isi memuat bagian-bagian dalam penulisan dan halaman pada penulisannya.

7.       Bab I
Bab I ini dapat dikatakan sebagai pendahuluan. Di dalam bab I juga dibagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu ada
·         Latar Belakang Masalah
Di dalam nya termuat mengapa penulis memilih topic tersebut untuk dijadikan sebuah penelitian
·         Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan persoalan yang perlu dipecahkan atau dipertanyakan yang perlu dijawab dengan penelitian
·         Tujuan Penelitian
Menjelaskan apa yang akan di capai dalam penelitian tersebut
·         Kegunaan Penelitian
Yang diuraikan disini ialah kegunaan atau pentingnya penelitian dilakukan, baik bagi pengembangan ilmu maupun bagi kepentinagn praktik.
·         Metode Penelitian
Menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara pengumpulan data, alat yang digunakan, dan cara analisa data.


8.       Bab II
Bab II ini disebut juga sebagai Landasan Teori. Menguraikan teori-teori yang menunjang tulisan/ penelitian (definisi, pengertian, dll), yang bisa diperkuat dengan menunjukan hasil penelitian sebelumnya.

9.       Bab III
Bab II ini berisikan analisan dan pembahasan-pembahasan. Bagian ini bisa juga di pecah jadi beberapa bagian misalnya bab III dan bab IV. Bab III ini menguraikan hasil penelitian yang mencakup semua aspek yang terkait dalam penelitiannya.

10.   Bab IV
Merupakan bab terakhir dalam penulisan. Namun apabila analisa dan pembahasan di pecah menjadi 2 bab maka masih ada bab V terakhir sebagai akhirnya. Dalam akhir bab terdapat bagian juga, bagian tersebut adalah
·         Kesimpulan & Saran
Berisi jawaban dari tujuan yang diajukan penulis pada bab 1, yang diperoleh dari penelitian. Sedangkan saran ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait, sehubung dengan pengembangan.

11.   Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi daftar-daftar referensi yang digunakan seperti nama pengarang buku, nama buku, dan tahunnya

12.   Lampiran
Terdapat penjelasan tambahan yang di berikan penulis

Sumber :

Minggu, 08 November 2015

Alenia atau Paragraf
A.    Jenis Tulisan Dalam Laras Ilmiah
Dalam uraian di atas dikatakan bahwa setiap laras dapat disampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali bagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis.
Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh penulis. Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan suatu peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis.
Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah sebagai berikut:
  • Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
  • Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.
  • Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.
  • Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
  • Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
  • Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.
  • Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu :
  • harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna
  • harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan
  • harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.





B.     Eksposisi, argumentasi, narasi, dan deskripsi
Paragraf Narasi
Paragraf Narasi ialah paragraf yang bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seolah-olah mengalami kejadian tersebut.

Paragraf Deskripsi 
Paragraf Deskripsi  adalah merupakan paragraf yang bertujuan menggambarkan sebuah objek nyata agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang di gambarkan itu.

Paragraf Argumentasi
Paragraf Argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk mengemukakan contoh, asalan, bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan dengan tujuan meyakinkan pembaca sehingga pembaca membenarkan sikap, pernyataan, dan keyakinan kita.

Paragraf Eksposisi
Paragraf Eksposisi adalah paragraf yang bertujuan memaparkan sebuah sejumlah informasi atau pengetahuan agar pambaca dapat menambah informasi atau pengetahuan.


C.     Syarat Pembentukan Paragraf
1.      Kesatuan
kesatuan (unity) adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa suatu paragraf hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang mempunyai kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal. Maksud tungggal itulah yang ingin disampaikan penulis dalam alinea itu.
Jadi kesatuan atau unity di sini bukan berarti satu atau singkat kalimatnya, melainkan kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan.
Unsur-unsur penunjang pada paragraf di atas benar-benar mendukung gagasan utama. Dengan kata lain, unsur-unsur penunjang paragraf tersebut membentu keksatuan ide (unity).
2.      Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut harus mengandung kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membentuk paragraf tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa adanya kesulitan. Kepaduan bergantung dari penyusunan kalimat dan gagasan, sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antar bgaian-bagian tersebut. Jadi  suatu paragraf yang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengn loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian yang tidak logis dan tidak lagi berpusat kepada pokok utama tadi.
Dengan demikian kalimat-kalimat dalam paragraf bukanlah kalimat-kalimat yang dapat berdiri sendiri., demikian seterusnya. Koherensi suatu paragraf dapat ditunjukkan oleh:
a. Pengulangan kata/kelompok kata kunciataudisebutrepetisi.
b. Penggantian kata/kelompok kata atausubtitusi.
c. Pengulangan kata/kelompok kata atautransisi.
d. Hubunganimplisitataupenghilangan kata/kelompok kata tertentuatau ellipsis.
3.      Kejelasan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutan ruang, urutan proses, contoh-contoh dan dengan detail fakta.


D.    Kalimat Topik dan Peletakannya
Gagasan atau pendapat dapat dikemukakan secara lisan dan tertulis. Pada prinsipnya penyampaian gagasan atau pendapat secara lisan dan tulis hampir tidak berbeda. Mengemukakan pendapat secara tertulis dalam bentuk paragraf-paragraf perlu menggunakan cara pengaturan ide pokok dan ide pendukung yang baik
            Berdasarkan isinya, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf dapat dibedakan menjadi kalimat topik dan penjelas. Kalimat topik sering juga disebut kalimat utama, kalimat pokok, dan kalimat sentral. Kalimat ini merupakan kalimat yang sangat penting, karena berisi ide pokok paragraf. Rumusan kalimat topik harus mengandung dua unsur pokok, yaitu topik dan pembatas. Secara sederhana kalimat topik dapat dibuatkan rumus sebagai berikut.
Kalimat Topik = Topik + Pembatas

E.     Pola Pengembangan Paragraf
Pola pengembangan paragar dibagi menjadi beberapa bagian antara lain adalah

1.      Pola pengembangan paragaf deduktif
Paragraf deduktif adalah  paragraf yang diawali dengan hal-hal yang bersifat umum dan diperjelas dengan hal-hal yang bersifat  khusus. Pada paragraf deduktif kalimat utamanya berada di awal paragraf

2.      Pola Pengembangan Paragaf Induktif,
Paragraf induksi adalah paragraf yang dikembangkan mulai dengan hal-hal yang khusus  ke hal-hal yang umum. Paragraf induktif kalimat utamanya berada di akhir paragraf. Pola pengembangan paragraf induktif dibagi menjadi beberapa bagian antara lain :
·         Generalisasi, Paragaraf yang dikembangkan dengan pola hubungan dari khusus ke umum
·         Analogi, Paragraf yang dikembangkan dengan membandigkan dua atau lebih benda yang dianggap memiliki kesamaan kemudian menarik kesimpulan.
·         Sebab-akibat, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan huubungan sebab akibat. Dalam paragraph ini akibat bertindak sebagai gagasan pokok atau kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya sebab bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus.
·         Akibat-sebab, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan hubungan akibat sebab. Dalam paragrap ini sebab bertindak sebgai gagasasn pokok tau kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya akibat bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus.

3.      Pola Pengembangan Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Dalam hal ini kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat pertama dengan sedikit penekanan dan variasi

4.      Pola pengembangan paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya tersebar di seluruh bagian paragraf.

5.      Pola pengembangan paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf)




Sabtu, 07 November 2015

Kalimat efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu memudahkan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.

A.    Kesalahan kalimat
1.      Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
-          Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
-          Kita harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-menolong.

2.      Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimatberikut ini:
-          Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.
Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3.      Salah pemilihan kata
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimatberikut ini:
-          Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

4.      Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
-          Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.

5.      Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)

B.     Penalaran Kalimat
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

C.     Kehematan atau Ekonomi Bahasa
Kehematan atau ekonomi bahasa adalah penulisan kalimat yang berlangsung menyampaikan gagasan atau pesan kalimat secara jelas, lugas, dan logis.
Perhatikanlah contoh berikut, yaitu kalimat kurang memperhatikan ekonomi bahasa :
1.      Dalam ruangan ini kita dapat menemukan barang-barang, antara lain seperti meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain
2.       Karena modal di bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit
Perbaikan kalimat yang memperhatikan ekonomi bahasa berikut :
1.       Dalam ruangan ini kita dapat menemukan meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain.
2.      Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
D.    Konjungsi
Berdasarkan bentuknya, konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu konjungsi monomorfemis dan konjungsi polimorfemis.
     
Konjungsi Monomorfemis
Konjungsi Monomorfemis adalah konjungsi yang secara morfolgis berwujud sebagai satu morfem.  Konjungsi-konjungsi monomorfemis bahasa Indonesia adalah:

             adapun                  jikalau                         bagi                       sembari
agar                       juga                             bahkan                  seperti
akibat                    kalau                           bahwa                   seraya
alih-alih                 karena                         begitu                    serta
alkisah                   kecuali                         berkat                    supaya
andai                     kemudian                    biar                        tanpa        
arkian                    kendati                        bila                        tapi
asal                        ketika                          boro-boro              tatkala
atau                       laksana                        buat                       tempat
bagai                     lagi                              dalam                    tengah
dan                        lalu                              namun                   tetapi
dari                        lantaran                      oleh                       umpama
demi                      lantas                          padahal                 untuk
dengan                  maka                           sambil                    waktu
gara-gara              malah                          sampai                   walau
guna                      manakala                    sebab                     yaitu
hanya                    mengenai                     sedang                   yakni
hingga                   mentang-mentang       sejak                      yang         
jika                        meski                           sementara             jadi



      
Konjungsi Polimorfemis
Konjungsi Polimorfemis adalah knjungsi yang terbentuk dari beberapa morfem.  dalam hal ini morfem bisa berwujud dasar bebaws atau kata, bisa juga morfem dasar terikat.  Morfem dasar bebas dan morfem dasar terika (secara morfologi) bisa disebut juga bentuk dasar. Polimorfemis itu sendiri atas bentuk dasar,kata, afiks, anafora, partikel dan demonstrativa.  Dalam proses pembentukannya bisa bervariasi.
Berdasarkan kategori unsure pembentuknya konjungsi polimorfemis terbagi atas :
1.      Bentuk dasar + afiks
Afiks yang membentuk konjungsi plimorfemis adalah di, se, se-nya, dan kan.  Berikut ini daftar konjungsi polimorfemis yang terbentuk dari bentuk dasar + afiks
           
andaikan               asalkan            bagaikan         di samping
seandainya            sebelum           sedangkan       sehingga
sekiranya               selama             setelah             selagi
selain                     jangkauan       sebaliknya       malaahan


2.      kata + anafora
Anafora adalah bentukk (formasi) terikat yang mengacu kepada teks atau wacana seebelumnya. Yang dimaksud dengan anafora dalam penelitian ini adalah nya, yakni, akaibatnya artinya danmisalnya.
Contoh : Akibatnya Indonesia harus memenuhi ketentuan yang termuat dalam “codes” tersebut  Akhirnya sekarang ini Cuma dilakukan perawatan

3.       kata + pun
Partikel pun merupakan unsur pembentuk konjungsi polimorfemis yang didahului Kata yang umumnya sebagai konjungsi. Konjungsi yang berunsur partikel pun umumnya dipakai dalam bahasa yang resmi atau formal, sedangkan konjungsi yang bisa disertai partikel pun tetapi partikel tersebut tidak disertakan umumnya dipakai dalam percakapan (bahasa percakapan) yang tidak resmi, yakni adapun, ataupun, walaupun dan kalaupun.
Contoh :
ada faktor bakat genetik, faktor lingkungan fisik ataupun sosial, selain pilihan gaya hidup
hal ini sampai batas-batas tertentu m,asih dapat diteirma walaupun tidak dibenarkan

4.      Kata + demonstrativa
Demonstrativa yang biasanya menjadi unsur pembentuk konjungsi polimorfemis adalah ini, itu, demikian, dan begitu konjungsi yang berentuk dari kata + demonstrativa, misalnya:

untuk ini                                  karena itu
selain itu                                  sementara itu
dengan demikian                     namun demikian
meskipun demikian                 sekalipun demikian

5.      Kata + demonstrativa + lah
Data konjungsi polimorfemis yang berunsur kata demonstrativa-lah hanya ditemukan satu buah, yaitu karena itulah.
Contoh :
Karena itulah perlu rekayasa komunikasi (communication engineering) yang baik. 
6.      Gabungan kata

Akan tetapi
Begitu pula           
Demikian juga      
Demikian pula
Sebagai contoh
7.       Gabungan kata + Anafora
Contoh :
Oleh karenanya, subklasifikasi….ini mengabaikan pertalian preposisi dengan kategori, yakni asal usul dan makna preposisi.
8.      Gabunga kata + Demonstrativa
Contoh :
Dalam pada itu
Di sampuing itu
Oleh karena itu
Oleh sebab itu
Tetapi walaupun demikian

E.     Proposisi
Berdasarkan bentuknya, preposisi dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu preposisi monomorfemis dan preposisi polimorfenis.

Preposisi Monomorfemis
Preposisi Monomorfemis adalah preposisi yang terwujud sebagai satu morfem secara morfologis.  Preposisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

akibat         atas                  bagai                bagi
berkat        dalam               dari                  demi
dengan       di                     hingga               karena             
ke              kecuali              lewat                oleh
pada           sampai              sejak                seperti
tanpa          tentang             untuk


Preposisi Polimorfeis
Preposisi polimorfemis adalah preposisi yang berwujud beberapa morfem.  Preposisi ini terbagi lagi atas :
1.      Bentuk Dasar + Afiks
Bentuk dasar yang merupakan unsur pembentuk preposisi polimorfemis ini dapat pula berupa morfem dasar terikat.  Afiks sebagai unsur pembentuk preposisi polimorfemis adalah ber-, me(n)-, terdapat, dan se-.  daftar preposisi polimorfemis yang dimaksud adalah sebagai berikut:

bersama          secara
bserta              sekitar
mengenai         selain
melalui              selaku
menurut           selama
sebagai            setelah
sebelum           terhadap

2.      Gabungan Kata
Preposisi polimorfemis gabungan kata yang terbentuk dari preposisi + preposisi adalah sebagai berikut:

di dalam
di sekitar
daripada
kepada


Preposisi + Nonpreposisi
Preposisi poimorfemis gabungan kata yang terbentuk dari preposisi + nonpreposisi biasa berawal dengan preposisi di, ke, atau dari.  Adapun kata yang menyertai preposisi itu biasanya berasal dari nomina atau adjektiva. Preposisi yang terbentuk dari preposisi + nonpreposisi adalah sebagai berikut:

di antara                 di hadapan
di atas                    di luar
di bawah                di samping
di belakang            di sekeliling
di dekat                  di seputar
di depan                 di tengah

http://febriansyahfebry.blogspot.co.id/2014/12/kalimat-efektif-dalam-penulisan.html
http://lenterastkippgribl.blogspot.co.id/2013/02/penggunaan-preposisi-dan-konjungsi.html