Alenia atau Paragraf
A. Jenis
Tulisan Dalam Laras Ilmiah
Dalam uraian di atas dikatakan bahwa
setiap laras dapat disampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau
nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras
ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.
Sebuah
karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil
pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya
ilmiah menyusun kembali bagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang
utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan
disebut penulis.
Dalam
uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang
pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan
seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan.
Realistis berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan
dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung
dialami oleh penulis. Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat
keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan
lain, bahkan suatu peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa
atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami
oleh penulis.
Karya ilmiah memiliki tujuan dan
khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya ilmiah, aspek
komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan
untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya
ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan
hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang
kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori
berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat
secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya
ilmiah adalah sebagai berikut:
- Karya ilmiah menyajikan fakta
objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi
spesifik.
- Karya ilmiah ditulis secara
cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung
sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang
jelas.
- Karya ilmiah disusun secara
sistematis, setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual, dan
prosedural.
- Karya ilmiah menyajikan
rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang
mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
- Karya ilmiah mengandung
pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu
hipotesis.
- Karya ilmiah ditulis secara
tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran
faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan.
Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat
ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.
- Karya ilmiah pada dasarnya
bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan
persuasif, hal itu ditimbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang
cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam yang diterapkan pada situasi
spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil
kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya
ilmiah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat
dikatakan bahwa karya ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu :
- harus tepat dan tunggal makna,
tidak remang nalar atau mendua makna
- harus secara tepat
mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar
tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan
- harus singkat, berlandaskan
ekonomi bahasa.
B. Eksposisi,
argumentasi, narasi, dan deskripsi
Paragraf Narasi
Paragraf
Narasi ialah paragraf yang bertujuan untuk
menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seolah-olah
mengalami kejadian tersebut.
Paragraf Deskripsi
Paragraf Deskripsi adalah merupakan paragraf yang bertujuan menggambarkan sebuah objek
nyata agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang di gambarkan itu.
Paragraf
Argumentasi
Paragraf Argumentasi adalah
paragraf yang bertujuan untuk mengemukakan contoh, asalan, bukti-bukti yang
kuat dan meyakinkan dengan tujuan meyakinkan pembaca sehingga pembaca
membenarkan sikap, pernyataan, dan keyakinan kita.
Paragraf Eksposisi
Paragraf Eksposisi adalah paragraf yang bertujuan memaparkan sebuah sejumlah
informasi atau pengetahuan agar pambaca dapat menambah informasi atau
pengetahuan.
C. Syarat
Pembentukan Paragraf
1.
Kesatuan
kesatuan (unity) adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa suatu paragraf hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang mempunyai kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal. Maksud tungggal itulah yang ingin disampaikan penulis dalam alinea itu.
Jadi kesatuan atau unity di sini bukan berarti satu atau singkat kalimatnya, melainkan kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan.
Unsur-unsur penunjang pada paragraf di atas benar-benar mendukung gagasan utama. Dengan kata lain, unsur-unsur penunjang paragraf tersebut membentu keksatuan ide (unity).
kesatuan (unity) adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa suatu paragraf hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang mempunyai kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal. Maksud tungggal itulah yang ingin disampaikan penulis dalam alinea itu.
Jadi kesatuan atau unity di sini bukan berarti satu atau singkat kalimatnya, melainkan kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan.
Unsur-unsur penunjang pada paragraf di atas benar-benar mendukung gagasan utama. Dengan kata lain, unsur-unsur penunjang paragraf tersebut membentu keksatuan ide (unity).
2.
Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut harus mengandung kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membentuk paragraf tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa adanya kesulitan. Kepaduan bergantung dari penyusunan kalimat dan gagasan, sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antar bgaian-bagian tersebut. Jadi suatu paragraf yang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengn loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian yang tidak logis dan tidak lagi berpusat kepada pokok utama tadi.
Dengan demikian kalimat-kalimat dalam paragraf bukanlah kalimat-kalimat yang dapat berdiri sendiri., demikian seterusnya. Koherensi suatu paragraf dapat ditunjukkan oleh:
a. Pengulangan kata/kelompok kata kunciataudisebutrepetisi.
b. Penggantian kata/kelompok kata atausubtitusi.
c. Pengulangan kata/kelompok kata atautransisi.
d. Hubunganimplisitataupenghilangan kata/kelompok kata tertentuatau ellipsis.
Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut harus mengandung kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membentuk paragraf tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa adanya kesulitan. Kepaduan bergantung dari penyusunan kalimat dan gagasan, sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antar bgaian-bagian tersebut. Jadi suatu paragraf yang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengn loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian yang tidak logis dan tidak lagi berpusat kepada pokok utama tadi.
Dengan demikian kalimat-kalimat dalam paragraf bukanlah kalimat-kalimat yang dapat berdiri sendiri., demikian seterusnya. Koherensi suatu paragraf dapat ditunjukkan oleh:
a. Pengulangan kata/kelompok kata kunciataudisebutrepetisi.
b. Penggantian kata/kelompok kata atausubtitusi.
c. Pengulangan kata/kelompok kata atautransisi.
d. Hubunganimplisitataupenghilangan kata/kelompok kata tertentuatau ellipsis.
3. Kejelasan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutan ruang, urutan proses, contoh-contoh dan dengan detail fakta.
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutan ruang, urutan proses, contoh-contoh dan dengan detail fakta.
D. Kalimat
Topik dan Peletakannya
Gagasan atau pendapat dapat dikemukakan secara lisan
dan tertulis. Pada prinsipnya penyampaian gagasan atau pendapat secara lisan
dan tulis hampir tidak berbeda. Mengemukakan pendapat secara tertulis dalam
bentuk paragraf-paragraf perlu menggunakan cara pengaturan ide pokok dan ide
pendukung yang baik
Berdasarkan isinya, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf dapat dibedakan menjadi kalimat topik dan penjelas. Kalimat topik sering juga disebut kalimat utama, kalimat pokok, dan kalimat sentral. Kalimat ini merupakan kalimat yang sangat penting, karena berisi ide pokok paragraf. Rumusan kalimat topik harus mengandung dua unsur pokok, yaitu topik dan pembatas. Secara sederhana kalimat topik dapat dibuatkan rumus sebagai berikut.
Berdasarkan isinya, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf dapat dibedakan menjadi kalimat topik dan penjelas. Kalimat topik sering juga disebut kalimat utama, kalimat pokok, dan kalimat sentral. Kalimat ini merupakan kalimat yang sangat penting, karena berisi ide pokok paragraf. Rumusan kalimat topik harus mengandung dua unsur pokok, yaitu topik dan pembatas. Secara sederhana kalimat topik dapat dibuatkan rumus sebagai berikut.
Kalimat Topik = Topik + Pembatas
E. Pola
Pengembangan Paragraf
Pola pengembangan paragar dibagi
menjadi beberapa bagian antara lain adalah
1.
Pola pengembangan paragaf deduktif
Paragraf deduktif adalah
paragraf yang diawali dengan hal-hal yang bersifat umum dan diperjelas dengan
hal-hal yang bersifat khusus. Pada paragraf deduktif kalimat utamanya
berada di awal paragraf
2.
Pola Pengembangan Paragaf Induktif,
Paragraf induksi adalah paragraf yang dikembangkan mulai dengan hal-hal
yang khusus ke hal-hal yang umum. Paragraf induktif kalimat utamanya
berada di akhir paragraf. Pola pengembangan paragraf induktif dibagi menjadi
beberapa bagian antara lain :
·
Generalisasi, Paragaraf yang dikembangkan dengan pola hubungan
dari khusus ke umum
·
Analogi, Paragraf yang
dikembangkan dengan membandigkan dua atau lebih benda yang dianggap memiliki
kesamaan kemudian menarik kesimpulan.
·
Sebab-akibat, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan huubungan sebab akibat. Dalam
paragraph ini akibat bertindak sebagai gagasan pokok atau kesimpulan yang
bersifat umum. Sebaliknya sebab bertindak sebagai gagasan penjelas atau
perincian yang bersifat khusus.
·
Akibat-sebab, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan hubungan akibat sebab. Dalam
paragrap ini sebab bertindak sebgai gagasasn pokok tau kesimpulan yang bersifat
umum. Sebaliknya akibat bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang
bersifat khusus.
3. Pola Pengembangan Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal
dan di akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Dalam hal
ini kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat pertama
dengan sedikit penekanan dan variasi
4.
Pola pengembangan paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya tersebar di seluruh
bagian paragraf.
5.
Pola pengembangan paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di
tengah-tengah bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf)
0 komentar :
Posting Komentar